1. Etika Terhadap Saingan. Kadang-kadang ada produsen
berbuat kurang etis terhadap saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk
saingan kurang bermutu atau juga terjadi produk saingan dirusakdan dijual
kembali ke pasar, sehingga menimbulkan citra negatif dari pihak konsumen.
2. Etika Hubungan dengan Karyawan. Di dalam perusahaan
ada aturan-aturan dan batas-batas etika yang mengatur hubungan atasan dan
bawahan, Atasan harus ramah dan menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi
kesempatan naik pangkat, dan memperoleh penghargaan.
3. Etika dalam hubungan dengan publik harus
dujaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan
dengan public ini menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup. Hal ini
meliputi konservasi alam, daur ulang dan polusi. Menjaga kelestarian alam,
recycling (daur ulang) produk adalah uasha-usaha yang dapat dilakukan
perusahaan dalam rangka mencegah polusi, dan menghemat sumber daya alam.
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan
pembicaraan agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis
sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku
bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang
terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-“bisnis”.
Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan
dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi,
jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa
puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan
terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui
ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan
hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan
bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis.
Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan
dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu.
Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang
dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan
antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional
bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam
berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha,
pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja
yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka
inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui
adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis
tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu
etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan
pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada
suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Di dunia pekerjaan apalagi di bagian akuntansi
diperlukan sekali penerapan etika profesi karena memerlukan pengetahuan dan
juga keterampilan dalam pelaksanaannya juga. Bagian akuntansi sangat diperlukan
pengendalian diri dalam menjalani tugasnya karena pastinya akan banyak sekali
godaan-godaan yang terjadi di dalam perusahaan. Ketelitian juga diperlukan
di bagian akuntansi sebab salah sedikit bisa mempengaruhi laporan keuangan yang
telah dibuat dan harus pintar-pintar dalam mempercayai seseorang di dalam
perusahaan, takut-takut malah nanti di manipulasi oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Maka dari itulah sangat diperlukan sekali etika profesi di
dalam suatu pekerjaan agar lebih bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan.
Dalam setiap menjalani kehidupan, kita
dibatasi oleh etika. Apakah bentuknya tertulis apakah konvensi atau semacam
kesepakatan normatif. Etika mengantarkan kita untuk hidup teratur sejalan
dengan norma yang berlaku. Karena itu dalam prakteknya mereka yang melanggar
etika bisa terkena hukuman. Kalau dalam suatu organisasi disebut terkena
hukuman mulai dari peringatan sampai pemecatan sebagai karyawan. Kalau di
masyarakat disebut sebagai sanksi sosial seperti dikucilkan dari sistem
kehidupan sosial.
Masalah yang begitu kompleks yang sering dihadapi oleh para manajer dalam
perusahaan adalah dalam menghadapi tingkah laku karyawan. Keadaan ini bisa
menjadi tekanan dan bahkan tantangan dalam menerapkan aspek etika kerja seperti
ketidak-jujuran, ketidak-disiplinan, ketidak-adilan, kecurangan
pertanggung-jawaban administrasi, keegoan dsb. Karena itu munculah perhatian
yang besar bagaimana caranya agar para karyawan dan tentunya juga manajer
bekerja dengan standar etika kerja tertentu.
Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan
prinsip moral yang merupakan pedoman bagi karyawan dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dalam perusahaan. Agregasi dari perilaku karyawan yang beretika
kerja merupakan gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan. Karena itu
etika kerja karyawan secara normatif diturunkan dari etika bisnis. Bahkan
dia diturunkan dari perilaku etika pihak manajemen.
Konsekuensinya, etika tidak diterapkan atau ditujukan hanya untuk para
karyawan saja. Artinya kebijakan manajemen yang menyangkut karyawan seharusnya
pula beretika, misalnya keadilan dan keterbukaan dalam hal kompensasi, karir,
dan evaluasi kinerja karyawan. Termasuk dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang
integratif. Jadi setiap keputusan etika dalam perusahaan tidak saja dikaitkan
dengan kepentingan manajemen tetapi juga karyawan. Pelembagaan dan pembudayaan
etika kerja sangat penting dilakukan agar setiap elemen organisasi selalu
mematuhi kaidah-kaidah norma kehidupan berorganisasi dengan baik.
A. Manfaat
Penerapan Etika Bisnis Dalam Perusahaan
Etika dan nilai bisnis adalah dua hal penting yang
tidak boleh diabaikan dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif ini.
Dengan memiliki etika dan nilai-nilai bisnis, maka bisnis yang dijalankan tidak
hanya menghasilkan keuntungan secara materi, namun juga non material seperti
citra positif, kepercayaan, dan keberlangsungan bisnis itu sendiri.
Fungsi etika bisnis terhadap
perusahaan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan
perusahaan adalah penerapan etika dalam bisnis. Setiap perusahaan memiliki
permasalahan etika bisnis yang berbeda. Hal ini disebabkan karena operasional
perusahaan yang sangat spesifik dalam berbagai bidang kerja, sehingga setiap
fungsi perusahaan memilki masalah etika tersendiri.
Adapun manfaat menerapkan etika
bisnis dalam perusahaan adalah:
1.
Menciptakan kepercayaan konsumen
Perusahaan yang memegang teguh etika bisnis dan
nilai-nilai moral dalam menjalankan usahanya akan menciptakan konsumen yang
loyal. Loyalitas ini timbul karena adanya trust dari konsumen bahwa
perusahaan tidak melakukan kecurangan atau hal-hal negatif yang dapat merugikan
konsumen.
2.
Image perusahaan yang baik di mata konsumen
Citra perusahaan yang baik akan mendapatkan tanggapan
yang positif dari konsumen. Dengan adanya respon positif dari konsumen
maka perusahaan tersebut akan dikenal dan produknya akan mengalami peningkatan
penjualan.
3.
Sebagai motivasi karyawan
Karyawan yang bekerja di perusahaan yang menjunjung
tinggi etika dan nilai-nilai moral akan memiliki motivasi kerja yang tinggi.
Mengingat perusahaan dimana mereka bekerja mendapatkan kepercayaan dan respon
positif di mata masyarakat, tentunya akan membuat para karyawan ini merasa
bangga menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Kebanggan inilah yang akan
melecut semangat karyawan untuk termovitasi bekerja dengan semakin lebih baik.
4.
Menghasilkan profit bagi perusahaan
Dengan tingginya kepercayaan konsumen pada bisnis
anda, yang akan menaikkan citra perusahaan dan didukung dengan motivasi
karyawan, maka tidak sulit bagi perusahaan anda untuk menghasilkan profit yang
signifikan.
Namun sayangnya tidak semua dan tidak selamanya sebuah
bisnis menerapkan etika bisnis beserta nilai-nilai dalam usahanya. Berbagai permasalahan yang terjadi di
fungsi perusahaan seringkali menimbulkan masalah etika bisnis, seperti pada
bidang:
a.
Akuntansi
Fungsi atau bidang akuntansi ini adalah komponen yang
sangat krusial bagi perusahaan. Kejujuran, integritas, dan ketelitian adalah
syarat yang harus dipenuhi oleh fungsi ini. Masalah yang biasa muncul dalam
etika di bidang akuntansi ini adalah membuat laporan yang berbeda untuk kepentingan
pihak yang berbeda, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari laporan
keuangan tersebut. Laporan keuangan internal perusahaan dibuat berbeda dengan
laporan keuangan untuk bank, dan untuk laporan pajak. Bagian akuntansi
perusahaan sengaja merubah data keuangan memiliki tujuan memperoleh keuntungan
pribadi dari penyusunan laporan fiktif tersebut.
b.
Keuangan
Pelanggaran etika bisnis di bidang keuangan yang
dilakukan oleh pelaksana bagian keuangan akan menimbulkan kerugian yang besar
bagi pihak investor. Misalnya, saat mengajukan pinjaman ke bank, pihak
perusahaan membuat laporan keuangan yang telah direkayasa sehingga nampak
seolah-olah perusahaan memiliki kuangan yang sehat dan layak mendapatkan
kredit. Faktanya, kondisi keuangan perusahaan tidak sebagus yang dilaporkan.
c.
Produksi dan Pemasaran
Hubungan antara perusahaan dan konsumen rentan dengan
masalah etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Seringkali konsumen
merasa dirugikan oleh perusahaan terkait dengan produk yang diterima tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Contohnya, berat bersih, hitungan jumlah isi,
takaran, atau manfaat yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan oleh
produsen. Untuk itu pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-Undang nomor 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang menjaga konsumen dari praktek
tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan.
d.
Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi yang kian pesat, keberadaan sosmed,
serta kemudahan bertransaksi di dunia maya juga menjadi pemicu permasalahan di
bidang teknologi informasi. Misalnya; saat seorang konsumen menyampaikan
keluhannya terhadap suatu produk di dunia maya, maka dengan cepat informasi ini
akan tersebar luas. Jika pihak produsen tidak peka dan tidak menanggani kasus
tersebut dengan bijak, maka akan merusak citra perusahaan itu sendiri.
Pelanggaran lainnya seperti transaksi e-commerce yang seringkali
ditemukan situs-situs penipuan dimana saat buyer sudah melakukan transaksi
namun barang tidak dikirim.
Perusahaan yang menjunjung tinggi etika bisnis dan
nilai-nilai moral akan mencegah pihak lain mengalami kerugian yang diakibatkan
oleh perusahaannya. Contohnya, perusahaan akan segera menarik produknya dari
pasaran saat diketahui bahwa produk tersebut cacat atau bahkan dapat
membahayakan konsumennya.
Pada prinsipnya, tujuan dari aktivitas bisnis ini
tidak semata-mata mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
menghalalkan segala cara, tapi perilaku etis tidak boleh diabaikan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menerapkan etika bisnis tidak berarti tidak mampu
bersaing dengan kompetitor, tapi untuk dinilai masyarakat sebagai perusahaan
yang berperilaku etis serta bermoral.
Adapun
alasan yang mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis,
yaitu:
- Memenuhi ekspektasi publik agar perusahaan beroperasi secara etis. Dimana perusahaan yang mengabaikan masalah etika akan menjadi sorotan, sasaran kritik, bahkan hukuman.
- Mencegah agar perusahaan tidak melakukan tindakan yang merugikan stakeholder lainnya.
- Meningkatkan kinerja perusahaan
- Meningkatkan kualitas hubungan bisnis dengan menerapkan etika bisnis seperti menepati janji, kejujuran, dan menolak suap.
- Mencegah perusahaan agar terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan oleh karyawan atau pesaing.
- Menghindarkan pelanggaran hak-hak pekerja yang dilakukan oleh pemberi kerja. Misalnya; adanya diskirminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh diskriminasi rasial.
- Menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum akibat tidak dipenuhinya etika bisnis
Mendapatkan keuntungan dari hasil bisnis yang tidak
menerapkan etika bisnis dalam perusahaan serta ketidakjujuran karyawan dapat
menyebabkan kebangkrutan usaha. Sementara perusahaan yang memperhatikan
kepentingan semua pihak yang terlibat dalam bisnisnya akan berhasil dan
mempertahankan kegiatan bisnisnya. Terlebih lagi menjalankan bisnis dengan
etika, nilai-nilai kejujuran, dan amanah akan membuat bisnis tersebut lebih
berkah, tidak hanya bagi konsumen atau penggunanya saja, tapi juga bagi
orang-orang yang terlibat didalamnya.
B.
Masalah Etika Dalam Bisnis
Masalah
etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap
(Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft),
Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat
diuraikan berikut ini:
5
a) Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau
meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang
pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk
memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan
baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali'
setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian
cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap,
tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap,
tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
b) Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau
dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk
mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap
seorang individu.
c) Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang
disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
d) Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan
hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.
Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.
e) Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak
adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras,
jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan
semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka
yang 'disukai' dan tidak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam persaingan dunia usaha yang
sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga mati, yang tidak dapat
ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat
ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas.
Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara
etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia
bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku
bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat
kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam
lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen, adalah
elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga
etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan
baik.
Etika berbisnis ini bisa dilakukan
dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh
besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun
makro. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini
adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran
bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah penting.
B. Saran
Perlu adanya
sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin menerapkan
etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi
pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang
berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam
bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan tersebut.